Minggu, 27 Mei 2012

Siapkah Seni Menjadi Media Dakwah yang Efektif????

Berdakwah sambil Bernasyid: Kelima personel Lamda Voice. Ardi, Alfat, Alfi, Riza
Berdakwah tidak hanya melalui ceramah. Ada berbagai cara lain yang bisa digunakan untuk berdakwah. Salah satunya melalui seni musik, yaitu nasyid. Dikutip dari Wikipedia, nasyid adalah salah satu seni Islam dalam bidang seni suara. Nasyid berisikan nyanyian yang bercorak Islam, mengandung kata-kata nasihat, kisah para nabi, memuji Allah, dan yang sejenisnya.


Masih menurut laman Wikipedia, nasyid mulai masuk ke Indonesia para era 80-an. Perkembangannya dipelopori aktivis kajian Islam yang mulai tumbuh di kampus-kampus. Hingga kini, nasyid telah berkembang di kampus-kampus di Indonesia. Begitu pula dengan kampus-kampus di Padang. Salah satu grup nasyid tersebut adalah Lamda Voice yang berbasis di UNP.


Padang Ekspres berkesempatan mewawancarai grup nasyid yang beranggorakan lima orang mahasiswa ini. Sayangnya hanya dua personel saja yang berhasil ditemui pada Jumat (26/8) kemarin. Tiga personel lainnya telah terlebih dahulu mudik Lebaran.

Alfat Khuri, Alfi Syahrin, Rizal Lisamora, Sony Riyandi dan Tri Isra Janwardi. Kelimanya berasal dari UNP, namun berbeda fakultas. Lantas, bagaimana mereka bisa bertemu? Lembaga Responsi Agama Islam (LRAI) lah jawabannya. Kelima personil Lamda Voice memang bergabung dengan salah satu organisasi di UNP ini.

Alfi bercerita, awalnya grup nasyid ini bernama LRAI Voice. Penampilan pertama mereka adalah saat mengisi acara yang diadakan LRAI. ”Kami yang mengajukan diri untuk tampil di acara tersebut. Waktu itu jumlah personel masih tiga orang,” ungkapnya. Sempat terjadi perombakan anggota, hingga akhirnya kini mereka mantap dengan formasi lima orang, tiga orang sebagai vokal dan dua orang sebagai pemain gitar.

Meski baru diresmikan pada 23 April 2011, sebenarnya sepak terjang Lamda Voice sudah dimulai sebelum itu. Mereka juga mengatakan motivasi mereka membuat grup nasyid ini adalah untuk untuk berdakwah. Karena merasa kurang mahir berdakwah dengan cara ceramah, jadi mereka berdakwah melalui seni, bernyanyi.

Soal jam terbang, mereka cukup sering tampil mengisi berbagai acara yang diadakan di UNP. Pun, juga mengikuti berbagai lomba nasyid yang ada. Lantas, bagaimana mereka latihan? Mengingat mereka berbeda fakultas dan pastinya berbeda jadwal kuliah. ”Kami latihan dua kali seminggu, Rabu dan Sabtu, dua jam sekali latihan,” sebut Sony.

Jika akan mengikuti lomba atau akan tampil pada iven tertentu, mereka menambah porsi latihan menjadi lima kali seminggu. ”Kami latihan di malam hari, dari pukul 8 hingga pukul 10 malam. Ini untuk menghindari jadwal kuliah kami yang berbeda-beda,” jelas Alfi. Latihan pun tanpa pelatih. Terlebih dahulu mereka mendengarkan dan mempelajari lagu yang akan mereka bawa, baru latihan.

Terdiri dari lima personel yang berwatak beda, tentu membuat mereka mengalami perbedaan pendapat. Apalagi perbedaan pendapat dalam memilih lagu yang akan dibawakan. Akan tetapi mereka tidak pernah mempermasalahkan perbedaan pendapat tersebut. Mereka selalu mendiskusikan dan mencari jalan tengahnya.

Alfi juga mengungkapkan kesedihannya karena banyak yang lebih menyukai musik religi yang dibawakan band-band papan atas ketimbang musik religi yang dinyanyikan grup nasyid. Menurutnya, materi lagu religi yang dibawakan grup nasyid jauh lebih bagus dibanding lagu religi yang dinyanyikan grup band. Hanya karena kurangnya perhatian dan kurang menariknya pengemasan, membuat nasyid tidak begitu diminati, apalagi oleh generasi muda umumnya. ”Padahal pesan dakwah nasyid jauh lebih ngena.”

Ada cerita unik dari para personil Lamda Voice. Ternyata sebelumnya beberapa personil mereka adalah anak band. Seperti Alfi dan Sony yang menyukai musik berliran rock. Lantas, kenapa berlaih ke nasyid? ”Kami merasa bosan, kami ingin melakukan hal yang lebih bermanfaat, makanya kami bernasyid,” beber Alfi. ”Karena biasanya tampil sebagai band, mengusung musik rock, tiba-tiba terasa ganjil saat bernasyid dan membawakan musik yang tidak keras lagi,” timpal Sony. (iwan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar